Hobi Menggambar


Dulu waktu kecil saya salut sama temen-temen sebaya saya yang punya cita-cita. Ada yang pingin jadi pilot, dokter, polisi, tentara, dan sebagainya. Salut aja, karena dulu saya belum punya cita-cita, sama sekali. Saya baru mikir tentang cita-cita waktu saya duduk di bangku SMA. Itu juga karena ditanyain sama wali kelas.

Karena dulu saya doyan gambar, saya sempat bercita-cita jadi komikus. Saya mau cerita aja tentang hobi saya yang sempat menjadi cita-cita ini. Dulu memang saya suka menggambar. Itu antara saya masih duduk di bangku SMP sampai dengan SMA. Hasilnya lumayan bagus, itu kata saya. Bisa dibilang hal ini yang lumayan bisa sedkit saya banggakan dari hobi saya ini. Dulu saya bisa menghabiskan waktu seharian mengurung diri di kamar, hanya untuk menggambar saja. Lebih tepatnya membuat komik.

Yah, secara dulu saya emang suka banget dengan yang namanya hal yang berbau animasi. Dari film kartun, karikatur, sampai dengan komik. Tapi untuk nonton film kartun ada beberapa hal yang dikecualikan, terutama film kartun untuk tontonan bocah-bocah balita. Sebenarnya nggak apa-apa, saya cuma ngerasa terlalu tua aja buat ngeliat kucing yang bisa ngomong. Saya lebih suka nonton film kartun super hero sebangsa Batman, Superman, del el el. Apalagi Dragon Ball. Bukannya mau sombong, tapi dulu saya bisa menggambar Songoku yang sedang menjadi Manusia Super Saiya 4 persis, gambarnya sedetil mungkin dari wajah, badan sampai rambut-rambutnya yang kayak duri kaktus obesitas itu.

Saya dulu sempat buat komik remaja versi saya sendiri juga. Ceritanya semacam serial cantik gitu, tapi versi cowok. Dulu saya memang agak labil kalo membuat komik remaja yang sudah pasti isinya ada percintaannya juga. Dari cerita sampai gambarnya semuanya saya yang buat sendiri. Kalo nggak salah ceritanya tentang cerita anak band sekolahan gitu. Menarik sih. Tapi entah kenapa setelah saya baca ulang itu komik serasa baca komik yang ceritanya seperti perpaduan antara Wiro Sableng, dengan Putri Yang Ditukar, atau..... Kuch Kuch Hota Hai. Absurd abis. Saya memang payah kalo mengarang cerita. Dan ujung-ujungnya selalu stuck di tengah jalan, karena nggak pernah dapat ide lagi yang buat saya horny untuk mengolahnya lebih lanjut.

Kemudian saya coba untuk menjajal (yaelah..bahasanya..) kemampuan saya dalam bidang gambar menggambar dengan belajar membuat sketsa wajah. Hasilnya pun tidak mengecewakan (sekali lagi, itu pendapat saya...). Saya bisa menggambar wajah seseorang dengan mirip sama seperti fotonya. Tapi emang perlu waktu belajar lebih lama untuk bisa kayak gini. Sampai-sampai saya harus mengurangi waktu saya untuk nonton berita infotainment di tipi. Saya yakin waktu itu rating acara-acara berita artis tersebut pasti turun drastis karena saya nggak ikutan nonton.

Untuk menggambar sketsa wajah emang rada susah ketimbang menggambar biasa. Untuk bisa menggambar sketsa wajah perlu ketelitian pengarsiran ketebalan atau tipisnya setiap detil bidang wajah dan tubuh selama proses pembuatan sketsa. Itu tergantung pencahayaan yang tertera di gambar. Dan bagi saya semua itu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan pensil. Dengan menggunakan pensil hasilnya akan lebih maksimal. Makanya saya salut sama manusia jenius yang menciptakan pensil ini.

Berhubung saya ada sedikit otak dagang, makanya saya dulu juga sempat menawarkan jasa menggambar sketsa wajah sama teman-teman yang tingkat kenarsisannya tinggi dengan imbalan duit. Lumayan bisa jadi objekan sampingan buat nambah uang jajan, pikir saya. Dan alhamdulillah, waktu itu..... tidak ada yang mau. Eh, tapi sekali ada kok temen yang mau minta digambarin sketsa wajahnya. Saya sih berharap dia bakal puas dengan hasil gambaranku. Tapi ternyata setelah dia melihat hasil gambaranku itu dianya malah langsung mencak-mencak ke saya secara nggak jelas. Tatapannya sadis, seperti tatapan lu-gue-END. Dia menganggap ini merupakan penghinaan terbesar dalam hidupnya. Dia beranggapan kenapa di gambar wajahnya lebih mirip artis 90-an Gunawan ketimbang dia. Soalnya lebih ganteng Gunawan ketimbang dia. Dia nggak suka diganteng-gantengin. Nggak macho katanya. Gayanya, padahal saya tahu dia doyan banget main Barbie. Dan sejak kegagalan saat itu saya langsung ganti cita-cita.

Sekarang saya sudah jarang menggambar lagi. Sejak saya masuk STAN dan masuk dunia kerja 7 tahun lalu, saya tidak pernah menggiatkan hobi saya ini lagi. Mungkin karena waktu dan fokus terhadap pekerjaan dan keluarga yang membuat saya jarang menggambar lagi. Mungkin untuk sekarang ini, saya tidak bisa menggambar sebaik dulu. Terkadang ada rasa kangen juga untuk menggambar lagi. Untuk menggambar serius maksudnya. Kayaknya saya memang harus cari waktu luang untuk hal seperti ini.

The End.

Iya, selesai. Segitu aja.





Comments

  1. hahaha... maaf-maaf,
    kita punya cita-cita yang sama dulu berarti...
    berharap hobi bisa jadi sesuatu di masa depan...

    memang ternyata semua tidak sesuai bayangan, soalnya saya juga jadi karyawan swasta biasa, bukan komikus atau ilustrator atau semacamnya...

    tapi saya masih suka coret2 sampai sekarang, apalagi jaman digital kek gini, pake hp pun bisa..
    ayo om, latih lagi tangan nya... he

    tapi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Justice League

Ribas