Bukan Laskar Pelangi

Halo Guys, gimana kabar kalian semua? Masih kuat puasanya kan? Atau masih ada yang sembunyi-sembunyi neguk air es dibelakang pintu? Nggak boleh begitu ya. Puasanya harus bener, biar dapet pahala yang banyak. Manfaatin bulan penuh berkah ini dengan sebaik-baiknya, banyakin ibadah. Sayang kalo nggak di manfaatin, soalnya bulan Ramadhan ini kan bulan yang penuh berkah, juga penuh ampunan.

*benerin sarung*

Eniwei, mau cerita aja, saat shalat tarawih tadi malam sebelum shalat isya, saya melihat segerombolan remaja tanggung tengah berkumpul bersama. Mungkin ada sekitaran 5 sampai 6 orang. Mereka terlihat sedang bercerita sambil tertawa. Entah apa yang mereka obrolin. Waktu saya memperhatikan tingkah mereka saya tersenyum sendiri. Kebersamaan mereka mengingatkan saya pada sahabat-sahabat kecil saya beberapa tahun yang lalu, saat saya masih seumuran mereka, waktu saya masih duduk di bangku SMP, juga sebelum saya mengenal namanya ngeband. Pikiran saya langsung menerawang ke masa lalu, ke masa saya masih bersama-sama mereka.



Dulu saya memang punya beberapa orang sahabat, antara lain: Eko, Ary, Anjas, Ipung dan Angga. Kami berenam satu angkatan tapi beda sekolah. Eko dan Anjas, dan saya satu sekolah di SLTPN 10 Jayapura. Sedangakan Ary, Ipung dan Angga, mereka bertiga satu sekolah juga tapi di SMP yang berbeda, yaitu SLTPN 1 Jayapura. Cuma beda angka dibelakangnya doang. Dan kami masing-masing memiliki karakater dan sifat yang berbeda. Diantara kami berenam, Eko-lah yang berjiwa pemimpin. Maklum mungkin karena waktu SMP dia adalah ketua kelas sekaligus ketua OSIS.


 Sedangkan Anjas orangnya agak tinggi hati, bandel, berwatak keras, menjaga gengsi, dan kalo ngomong suka nyakitin. Saya ingat dulu saya yang paling sering di-bully sama dia. Saya memang paling nggak bisa ngomong, kalo diejek saya pasti nggak bisa bales, diem aja. Makanya dia paling sering gangguin saya. Memalukan memang, jadi lupain aja. Saya sendiri waktu dulu memang tipe anak yang pendiam, pemalu, dan yang paling 'easy going' diantara kami berenam. Diajakin kemana aja ya ayo aja.

Kalo Ary, dia tipe makhluk yang bijaksana. Makanya jangan heran kalo dia dulu paling sering dijadikan tempat curhatnya anak-anak. Terus yang paling setia kawan adalah Ipung. Sedangkan Angga, orangnya pinter tapi polos. Bener-bener berteman apa adanya. Saya dulu suka menjadi rival sekaligus teman nge-gamenya dia. Karena rumah kami berdua yang paling berdekatan jadi dia suka mengajak saya main Super Nintendo miliknya setiap pulang sekolah. Itu kalo kami sedang tidak ada jadwal les bahasa Inggris.

Saya masih ingat setiap bulan puasa seperti ini, kami suka pergi shalat tarawih bareng ke mesjid. Biasanya kami pergi shalat tarawih bareng dengan menggunakan sepeda motor. Maklum geografis ditempat tinggal kami sedikit berbukit, dan lagi rumah kami memang agak berjauhan satu sama lain walau masih disatu kelurahan yang sama, makanya kami menggunakan sepeda motor supaya cepat. Dan diantara kami berenam, hanya Anjas, Ary dan Ipung yang punya sepeda motor. Makanya mereka bertiga inilah yang suka menjemput saya dan lainnya kalo mau pergi kemana-mana termasuk pergi ke mesjid buat shalat tarawih.

Memang banyak sekali kenangan Ramadhan bersama mereka. Saya ingat kami berenam juga sering tidur di masjid waktu bulan Ramadhan. Biasanya itu waktu liburan sekolah saat mendekati lebaran. Sudah dengan ijin orang tua tentu saja. Di mesjid kami tadarusan terus bercerita kebodohan-kebodohan kami hingga puas kemudian tertidur. Pada saat sahur, kami menumpang masak mie instant juga telur yang kami bawa di rumahnya penjaga masjid yang baik hati. Setelah shalat subuh berjamaah di masjid, kami pun jalan-jalan pagi mengelilingi kota bersama pake motor. Menghirup dan menikmati suasana pagi di pusat kota Jayapura. Masyarakat kota Jayapura pun banyak yang melakukan hal tersebut. Ada yang sekedar jalan-jalan, olahraga pagi, bahkan ada yang main bola di tengah jalan raya disaat lalu lintas jalan sedang sepi-sepinya dilalui kendaraan bermotor.

Pernah disuatu malam di bulan puasa juga, kami membolos tidak ikut shalat tarawih hanya untuk mengirimkan sebuah surat cinta. Ceritanya waktu itu Anjas tengah suka pada seorang cewek, namanya Nadia. Ya, Nadia, seingat saya namanya itu. Dan pada saat itu, Anjas berniat untuk mengirimkan sebuah surat cinta kepada Nadia secara diam-diam. Kami berlima sebagai sahabat yang baik pun akhirnya memutuskan untuk membantu dia melaksanakan misinya itu. Kami berenam pun malam itu pergi ke rumahnya Nadia yang rumahnya tidak jauh dari mesjid tempat kami biasa melaksanakan shalat tarawih bersama. Kami mengendap-endap secara diam-diam bak maling yang mau menyatroni rumah agar tidak ketahuan si pemilik rumah.

Setelah kami yakin bahwa orang tua Nadia sudah pergi shalat tarawih di mesjid Anjas pun menyelipkan surat cinta buatannya itu dibawah pintu rumahnya Nadia, kemudian mengetuk pintu tersebut. Tidak beberapa lama kemudian, seorang gadis manis membuka pintu rumahnya.Gadis manis itu Nadia. Dia melihat sekeliling rumahnya, mencari siapa gerangan tamu yang mengetuk pintu sebelum dia melihat surat tersebut dilantai. Dia memungutnya kemudian kembali masuk ke dalam rumah. Kami yang bersembunyi dibalik semak belukar pun bersorak riang. Entah apa yang ada dipikiran kami saat itu. Saya yakin, kalo waktu itu ada orang yang melihat kami, kami pasti diteriaki maling. Tapi waktu itu perasaan kami ikut senang, surat telah sampai ditangan yang tepat. Misi kami akhirnya berhasil. Saya senyum-senyum sendiri mengingatnya.

Saya lupa bagaimana akhir kejadian 'surat cinta' itu karena sudah lama berlalu. Apakah Anjas diterima cintanya oleh Nadia atau tidak, entahlah. Saya yakin mungkin dia juga kini tidak ingat kejadian itu, bahwa pernah ada sebuah cinta monyet antara dia dan Nadia. Karena kini kami telah jauh tumbuh menjadi dewasa.

Sekarang kami berenam semua sudah jarang berkumpul bersama lagi, hampir tidak pernah malah. Kami masing-masing sibuk dengan pekerjaan dan keluarga kami sendiri. Ada yang masih di kota Jayapura ada juga yang sudah bekerja di luar Papua. Ary sudah lulus Akabri, dan ditempatkan didaerah sekitar Jawa Barat, tapi saya lupa tepatnya dimana. Angga yang sudah meraih gelar S2-nya kini bekerja di salah satu bank di Jakarta. Sedangkan Eko kini berdomisili di Bandung, bekerja di sebuah perusahaan asuransi kendaraan bermotor. Hanya saya, Anjas dan Ipung yang masih berada di kota Jayapura. Ipung kini adalah seorang polisi. Sedangkan Anjas, kabar terakhir darinya bahwa dia sekarang bekerja di salah satu bank di Kota jayapura. Tapi sayangnya kami tidak pernah berkumpul lagi.

Saya hanya berharap mereka berlima masi mengingat semua cerita-cerita itu. Mengingat persahabatan kami dimasa lalu, semua petualangan, bahkan kebodohan kami bersama. Sama seperti saya mengingat semua itu sekarang. Persahabatan yang layaknya bocah-bocah di Laskar Pelangi, juga seperti Nobita dan teman-temannya di film kartun Doraemon. Sebuah kisah klasik untuk masa depan di tengah hiruk pikuk dunia dewasa yang kami hadapi kini.
  






Comments

Popular posts from this blog

Hobi Menggambar

Tentang Ribas (lagi)

Justice League