My Life Journey (Edisi Narsis) Bag. II


Guys, postingan ini adalah kelanjutan dari postingan saya sebelumnya tentang perjalanan hidup saya dalam mengenal musik. Saya nggak mau banyak basa-basi lagi. Jadi, selamat menyimak aja.

******

Setahun di Bandung
Tahun 2004, setahun setelah saya lulus SMU, saya iseng-iseng ikut tes USM STAN Khusus Papua. Sebenarnya sih niat awalnya cuma ingin ikutan teman-teman aja. Tapi taunya tembus. Kok bisa? Nggak tahu juga. Padahal kalo diliat IQ saya emang cekak banget. Cekak secekak cekaknya. Sudah mendekati taraf idiot. Bisa aja panitianya khilaf meluluskan saya. Tetapi menurut saya pribadi mungkin ini yang dinamakan TAKDIR TUHAN sehingga saya bisa masuk STAN. Makacih ya Olloh, Baim tembus STAN. Hehehe!

Sebenarnya dari teman-teman segank yang ikut USM sama-sama, hanya saya dan Udin yang tembus STAN. Saya masuk di jurusan Pajak yang tempat pendidikannya di Bandung, sedangkan Udin ke Pegadaian yang tempat pendidikannya di Makassar. Walau berat meninggalkan band saya tercinta, akhirnya saya pun berangkat ke Bandung untuk menyambut masa depan yang cerah (lebay..). Say goodbye to KOSONG and TROFY.

Selama menempuh pendidikan di Bandung selama kurang lebih setahun, saya membentuk band STANIC yang semua anggotanya adalah teman-teman STAN sendiri. Yang paling saya ingat dari para personil STANIC itu sendiri adalah Steve, pemain bass yang handal. Dia sudah banyak malang melintang di dunia musik, kaya pengalaman menjadi band kafe. Saya takjub, di usia Steve yang seumuran dengan saya tetapi teknik permainan bass dia sudah sangat mahir. Jago banget. Kadang saya mikir, mungkin dia tiap hari makan beling sampai bisa jago ngebetot bass kayak gitu. Oya, di Bandung saya sempat juga memperdalam ilmu drum lagi di sekolah musik Maestro Bandung juga. Eh, kursus ding, bukan sekolah. Hehehe!

Band Komersil
Setelah lulus dari STAN, saya kembali ke kota asal saya Jayapura. Dan memulai kehidupan yang baru sebagai seorang CPNS di Kementerian Keuangan tentunya. Saat kembali di Jayapura, bapak saya membelikan saya sebuah drum set berwarna hitam, merk Rolling. Saya tahu, Drum Rolling itu termasuk golongan drum murah. Komponen dan bunyinya tidak sebagus merk drum terkenal seperti Sonor, Yamaha, Pearl, DW, dan lainnya, tapi itu sudah membuat saya senang sekali. Seperti monyet dikasih pisang. Senang banget punya drum set sendiri. Karena selama ini saya hanya bisa memainkan drum di rental band saja.

Saat di Jayapura, saya diajak gabung oleh Tahrir, teman saya sesama musisi Jayapura, untuk gabung ke dalam sanggar seni MIRACLE yang kebetulan waktu itu sedang membutuhkan seorang drummer. Karena saya saat itu sedang tidak memiliki grup tetap, saya pun ikut bergabung dengan MIRACLE.

Miracle Band
Ada cerita berkesan saat pertama kali diajak gabung oleh MIRACLE. Saya masih ingat saat itu, saat pertama kali diajak ngejam bareng personil MIRACLE. Saya berpikir saat itu hanya untuk bermain biasa saja. Kami pun sempat memainkan beberapa lagu juga improvisasi instrument di studio musik milik Bayu, gitaris MIRACLE. Setelah kami selesai berlatih, mereka pun langsung mengajak saya bergabung dengan band MIRACLE. Saya kaget (moment yang ini memang rada lebay, jadi nggak usah di peduliin). Ternyata selama kami ngejam bareng tadi, mereka mengauidisi saya tanpa sepengetahuan saya. Mereka bilang karakter permainan drum saya sesuai dengan kriteria mereka. Well, ringkasnya saat itu pun saya resmi jadi drummer MIRACLE.

Oke, oke, saat itu emang saya juga masih tetap ngeband bareng sama TROFY. Kami masih tetap memainkan lagu-lagu ciptaan kami sendiri. Tapi seperti biasa, Rahmat dan Ganda tidak mempermasalahkan sikap saya yang bermain dengan band lain juga. Selama saya bergabung dengan MIRACLE, saya mendapat banyak pengalaman baru. Tentang pentingnya manajemen dalam sebuah band. Dan juga mengenal musisi-musisi hebat kota Jayapura. MIRACLE sendiri sebenarnya mempunyai banyak stok pemain didalamnya. Tapi untuk posisi drummer mungkin cuma saya sendiri. Itulah enaknya saya, kalo manggung nggak bisa diganti-ganti. Hehehe! Bisa dibilang MIRACLE merupakan band komersil yang sering manggung pada acara-acara resmi dikota Jayapura.

Diluar MIRACLE dan TROFY sendiri, saya sebenarnya masih mempunyai band tetap lainnya yaitu KOSONG band (lagi). Yup! KOSONG band, band lama saya yang sempat vakum karena ditinggal para personilnya mengejar masa depan. Waktu itu Teja, teman baikku sekaligus vocalis KOSONG baru aja balik dari Semarang. Kami pun sepakat untuk mengaktifkan kembali KOSONG Band dengan mengumpulkan personil lama yang masih tersisa, seperti Ganda dan Ade dan mengajak serta Dicky, seorang gitaris rekomendasi Teja.

Sedikit tentang Teja, sahabat saya ini emang sedikit rada 'brutal'. Kejahatan terbesarnya yaitu malakin uang jajan anak-anak TK. Walau begitu dia tapi dia punya beberapa kelebihan. Selain bersuara merdu, wajahnya cukup ganteng. Gantengnya seperti artis di film India yang adegannya lagi guling-guling ditaman pake selendang. Lumayan bisa bikin iler cewek-cewek pada ngalir seluas Danau Sentani.

Oke, back to the topic. Saya dan teman-teman di KOSONG Band pun mengikuti event-event festival band kota Jayapura lagi, dan sering kali mendapat juara. Teja sendiri sebagai vocalis, pernah mendapat predikat vocalis terbaik. Dan nama KOSONG band pun mulai terkenal di antara para anak band kota Jayapura seiring berjalannya waktu. Tapi saya tidak begitu perduli, karena saya sendiri merasa keteteran dalam mengatur waktu.

Dan lagi, waktu itu konsentrasi saya sedang terpecah karena memikirkan SK mutasi kerja saya yang akan keluar. Filing saya kuat kalo saya bakal dimutasikan ke daerah lain. Saya takut jika harus pindah dari kota Jayapura. Karena sebenarnya saya sedang pada dalam keadaan nyaman waktu itu, lagi sedang horny-horny nya ngeband. Rasanya berat jika harus meninggalkan aktifitas yang saya cintai ini.

Namun akhirnya, hal yang saya takutkan itu pun terjadi juga.

Hijrah ke Merauke
Pertengahan tahun 2005 saya mutasi kerja ke Merauke. Ya, Merauke, sebuah kota kecil di Selatan Papua. Saya tidak begitu tahu banyak tentang kota itu, hanya tahu dari lagu nasional "Dari Sabang Sampai Merauke" saja yang sering saya nyanyiin waktu masih bocah dulu. Awalnya saya sangat tidak begitu bersemangat untuk pindah kesana. Rasanya berat banget ninggalin band-band saya tercinta. KOSONG Band, TROFY juga MIRACLE. Tapi mau bagaimana lagi, namanya juga kita bekerja. Harus ikhlas untuk pengabdian pada negara. Dengan mengucapkan bismillah, juga bantuan kekuatan matahari (abaikan), saya pun terbang ke Merauke.

Tetapi setelah beberapa lama beradaptasi di Merauke sebagai seorang perantauan, mindset saya tentang kota itu sedikit berubah. Ternyata di Merauke tidak seburuk yang saya kira. Walau kotanya kecil dan minim tempat hiburan, tapi kotanya cukup nyaman. Saya mulai menikmati pekerjaan dan kehidupan saya disana. Dan ternyata banyak juga anak band di kota ini. Sebagai orang yang peka terhadap musik, saya pun niat untuk buat usaha sampingan mendirikan rental studio band di Merauke bersama dua orang teman saya. Anggap aja nama mereka, Manusiasatu, dan Manusiadua. Saya emang lagi males milih nama.

Manusiasatu ini sebenarnya tinggal dikota Jayapura. Saya dan Manusiasatu tugasnya joinan alat band dan mengrimnya ke Merauke sebagai modal untuk mendirikan rental, sementara Manusiadua yang berada di Merauke tugasnya mencarikan tempat atau gedung  untuk disewa supaya bisa dijadikan rental band. Tapi sayanganya, setelah saya dan Manusiasatu sudah mengirim perangkat-perangkat band ke Merauke, Manusiadua tidak melakukan tugasnya seperti yang telah dia janjikan kepada kami. Rencana usaha rental band itu pun berujung batal. Saya tertipu. Dan saya pun harus merugi karena harus membeli semua perangkat band milik Manusiasatu yang sudah dikirim ke Merauke. Saya nggak mau bilang berapa jumlah harganya, tapi pastinya itu sukses membuat saya makan indomie tiap hari karena dompet sedang busung lapar, nggak ada isinya.

Peralatan band yang sudah terlanjur saya beli itu saya titipkan di rumah teman saya yang bernama Paw. Apho adalah teman ngeband saya disana yang mengenalkan saya pada Paw. Soalnya kalo ditaruh di kost-an saya nggak bakal muat. Kost-kostan kalo menurut feng shui versi saya emang sangat tidak cocok buat dijadiin tempat ngeband, berisik soalnya. Lagian para tetangga disana bakal mencak-mencak kalo saya mainin alat musik di kostan, apalagi drum.

Sejak alat band saya taruh di rumahnya Paw, saya jadi lebih sering ketemu sama teman-teman musisi Merauke yang sering kami ajak buat ngejam bareng. Singkatnya, saya akhirnya membentuk sebuah grup band disana, yang diberi nama EMMO Band. EMMO Band terdiri dari Sam pada vokal, Bebi pada gitar melody, Ricky pada Keyboard, Apho pada gitar rhythem, dan Paw pada bass. Yang membuat saya bahagia bisa gabung dengan dari EMMO Band itu, karena saya tidak lagi menjadi spesies yang paling tua dalam band. Rata-rata usia kami setara, hanya Ricky dan Sam yang usianya lebih tua dari kami semua. Bisa dibilang, EMMO Band itu grup band yang personilnya semua berwajah senja, tapi dewasa dalam bermusik. Oke, oke, itu memang bukan suatu kebanggaan. Jadi abaikan saja.

Emmo Band Merauke
Awalnya kami membentuk EMMO dalam rangka mengikuti ajang A Mild Wanted 2008. Sayangnya kami tidak lolos. Tapi EMMO tetap lanjut. Kami lalu mengikuti berbagai festival lokal di Merauke. Dan kami selalu menang juara I. Ya, juara I! Kali ini emang saya lagi mau sombong. Huehuehue! (senyum jijai ala Sinchan saat dilihat dari belakang). Nama EMMO Band langsung dikenal oleh anak-anak band di kota Merauke. Dan prestasi kami sempat masuk koran lokal Merauke juga.

Walau di Merauke saya main bersama EMMO Band tetapi intensitas saya bersama KOSONG Band Jayapura masih tetap terjaga. Saya masih tetap eksis ngeband bersama mereka dan menjuarai berbagai festival band kalau saya sedang balik ke Jayapura. Melelahkan memang bermain dengan 2 band berbeda di kota yang berbeda. Makanya saya saranin jangan di tiru sikap yang tidak terpuji seperti ini. Kalo kalian anak band dan pingin selalu eksis, setia aja sama band kalian. Jangan banyak-banyak kayak saya, nggak baik buat ekosistim. Saya begini karena saya titisan perpaduan antara Superman dengan Mike Portnoy, jadinya nggak masalah. Ngerti kan apa yang saya omongin? Kalo nggak juga nggak apa-apa, karena saya juga nggak ngerti apa yang saya bicarain.

Balik ke Jayapura
Hal itu berlanjut terus hingga saya menikah (ehm..). Hingga akhirnya saya kembali dipindah kerjakan kembali ke kota Jayapura tercinta tahun 2008 akhir. Kepindahan saya ke Jayapura membuat saya harus meninggalkan teman-teman EMMO Band Merauke. Rasanya sedih bercampur bahagia, karena saya juga senang akhirnya bisa kembali ke home base setelah 2 tahun merantau di kota rusa, Merauke. Mungkin ini adalah rejeki anak saya Keisha yang waktu itu masih 2 bulan dalam kandungan istri saya, hingga bisa lahir di tempat ayahnya lahir dan dibesarkan kelak. Saya pun pindah kembail ke Jayapura bersama istri saya sambil membawa seperangkat alat band.

Eternal Band
Waktu kembali ke Jayapura KOSONG Band sedang mengalami perpecahan. Saya dan Teja sempat membentuk band baru dadakan yang diberi nama ETERNAL Band. Kami memebentuk band itu karena mau ikut ajang A Mild Wanted Tahun 2009. Dan bisa ditebak, kami tidak lolos. Mungkin karena band ini adalah band dadakan yang terbentuk secara instant dan terburu-buru, sehingga band ini cepat bubar. Tidak lama setelah event Amild Wanted 2009, dan sekali menjadi job pengisi acara peresmian salah satu hotel di Jayapura, ETERNAL pun bubar dengan sendirinya. ETERNAL Band tidak seawet namanya. Tragis.

Saya pun sempat vakum ngeband setelah anak saya, Keisha, lahir. Waktu itu niatnya mau konsentrasi dan total menjadi seorang ayah saja. Jadi kegiatan ngeband saya tinggalkan. Tapi emang namanya hobi kayaknya nggak bisa dipensiunkan. Saya merasa seperti membohongi diri sendiri. Saya pun ngeband lagi setelah selama setahun gantung stik drum (biar kelihatan keren kayak pemain bola yang kalo pensiun gantung sepatu). Saya juga membangun studio band pribadi di rumah untuk saya bermain. Tentu saja itu sudah diijinkan oleh istri saya.

Hingga akhirnya saya pun kembali ngeband dengan teman-teman lama dari THREEPZTWO Band yang juga merupakan para sahabat saya. Kebetulan Dedy, teman saya yang main bass baru aja menyelesaikan pendidikan S1-nya di Jogja dan balik ke Jayapura. Jangan tanya saya kenapa dia betah banget dengan status mahasiswanya, karena saya juga nggak tahu. Walau kami semua sama-sama sibuk tapi kami selalu sempatkan hari minggu untuk ngejam bareng, tapi tidak rutin tiap minggu juga. Kadang-kadang kami ngeband di studio pribadi saya, kadang juga di studio pribadi milik Udin. Ya, Udin juga memiliki studio band pribadi dirumahnya.

Keceriaan kami saat ngejam bareng masih seperti dulu, waktu kami masih duduk dibangku SMU. Menyenangkan memang. Walau hanya tersisa Ade, Udin, Dedy dan saya saja. Kami cukup senang walau hanya sekedar ngeband saja, memainkan lagu-lagu kenangan waktu kami ngeband di sekolah dulu. Sejak anak pertama saya lahir, saya memang sudah niatkan ngeband hanya untuk sekedar menyalurkan hobi saja. Tidak lebih. Saya tidak mau aktifitas ngeband saya menjadi kegiatan yang banyak menyiita waktu dan perhatian.

Sayangnya pada bulan April kemarin, Dedy yang bekerja disalah satu BUMN dimutasikan ke Merauke, pindah kerja disana, entah untuk berapa lama. Kami sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, hanya sedih untuk melepas kesenangan kami dari masa lalu. Karena itulah resiko pekerjaan. Bersedia ditempatkan dimana saja. Sama seperti yang pernah saya alami dulu. THREEPZTWO pun kembali vakum setelah kepindahan Dedy.

Rahmat
Tidak beberapa lama kemudian, sekitar bulan Juli kemarin, Rahmat tetangga saya yang juga partner ngeband abadi saya di TROFY dulu balik dari Jakarta. Dia memang barus aja menyelesaikan masa magangnya setahun di Jakarta di salah satu instansi pemerintah. Kami pun ngeband lagi sama-sama dengan mengajak serta seorang rekan kerja juga seorang teman lama kami, dan berniat melanjutkan membuat mini album kami yang sempat tertunda, seperti yang pernah saya ceritakan di poting saya sebelumnya (baca : Yang Tertunda). Kami ngeband bareng setiap hari sabtu, dan itu berlangsung sampai sekarang.

Sebenarnya sekarang saya tidak begitu memperdulikan tentang selesainya mini album kami. Itu tidak berarti lagi. Yang penting saat ini bagi saya, saya masih bisa tetap ngeband. Dimana saya bisa menjadi diri saya sendiri dan bisa menyalurkan hobi yang saya cintai ini . Saya tahu, mungkin itu sebuah hal sepele. Tapi tidak buat saya. Bermusik tidak hanya sebuah hobi. Itu sudah menjadi kepingan kebahagiaan yang melengkapi hidup saya selain keluarga.

Sampai kapanpun, seberapa jauh saya menghindar, setua apa usia saya, saya tidak bisa membohongi diri saya sendiri kalo saya adalah seorang anak band.



- THE END -





Comments

Popular posts from this blog

Hobi Menggambar

Tentang Ribas (lagi)

Justice League