Menjaga Ucapan

Ada beberapa orang memang diciptakan tidak satu paket dengan sopan santun dalam berbicara. Pasti kalian pernah bertemu, atau hidup bersama tipe orang seperti ini. Iya kan? Ciri-cirinya itu kalo ngomong suka ngejeplak, berbicara terus tanpa memberi kesempatan orang lain bicara, juga kasar. Parahnya, ketika giliran kita berbicara, dia malah nggak mau mendengarkan. Nggak pandang situasi dan kondisi. Tidak memandang juga siapa yang diajak berbicara, orang tua atau muda, atasan ataupun bawahan. Pokoknya tidak pandang bulu, mau bulu kaki maupun bulu ketek, ngomongnya nggak di filter dulu. Pedis banget! Bikin sakit hati.

Kampret banget kan?




Menurut pengamatan saya, kebanyakan orang yang ngomongnya nggak sopan kayak gitu nggak jauh-jauh juga dari sifat sombong, congkak dan merasa dirinya yang paling bener. Itu udah satu paket. Makanya saya paling males kalo berteman sama orang dengan tipe kayak gini. Kalian pasti penasaran kenapa saya tiba-tiba ngebahas tentang tipe orang yang durjana seperti ini. Akhir-akhir ini saya memang lagi punya pengalaman sendiri terhadap mereka. Lebih tepatnya, saya sedikit punya masalah sama hal kayak gituan.

Ya gitu deh, ceritanya saya agak tersinggung sama omongannya teman yang saya anggap KASAR. Saya sengaja nulisnya pake huruf besar semua terus di bold segala supaya kalian tahu masalahnya dimana. Awalnya saya sih saya cuek-cuek aja dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulut teman saya itu. Anggap saja saya dan orang lain yang mengenal dia sudah terbiasa menghadapi omongan kasarnya. Pembawaan dia emang kayak gitu. Tapi.....berhubung waktu itu saya lagi dapet, saya jadi sedikit lebih sensi. Di kasih omongan pedis kayak gitu libido emosi saya jadi naik beberapa level. Rasanya pingin nabok itu orang pake tabung gas elpiji 3 kilo.

Saya merasa omongan kasar seperti itu sangat menunjukkan rasa tidak hormat dan tidak menghargai orang lain secara tidak langsung.  Efek jeleknya sangat tidak bagus untuk pertemanan atau malah mendatangkan musuh. Tapi untungnya, saya sudah belajar ilmu sabar. jadi saya tahan aja emosi saya.

*benerin peci*

Tapi apapun alasannya, menurut saya itu sifat yang sangat tidak terpuji karena merupakan penyakit hati. Dan itu adalah dosa karena sudah membuat orang sakit hati ataupun tersinggung dengan perkataannya itu. Yang penting untuk diingat, bila kita ingin menyatakan pendapat seharusnya tanpa menginjak perasaan orang lain. Kalo pun misalnya ada kesalahan yang perlu dikritik ataupun diperbaiki, hendaknya disampaikan dengan baik-baik. Itu jauh jauh jauh lebih baik dari pada berbicara dengan nada tinggi, mencela dan marah-marah. Bener kan?

Prok! Prok! Prok!

Saya sih sebenarnya tidak dendam, saya anggap itu adalah pahala yang diberikan secara cuma-cuma agar saya dapat belajar untuk supaya lebih tegar dan kuat. Saya sendiri berusaha untuk mengikhlaskan, memaafkan, berbesar hati, juga melupakan kata-kata teman saya yang kasar itu. Saya juga bukan orang sempurna yang lepas dari perbuatan salah. Disini saya cuma berusaha untuk saling mengingatkan saja bahwa kita dengan belajar mengontrol ucapan, akan lebih baik untuk kita sendiri dan orang lain.







Comments

Popular posts from this blog

Hobi Menggambar

Tentang Ribas (lagi)

Justice League