Koleksi Kasetku

Halo pemirsa Opickosaurus semua dimanapun kalian dikuburkan, saya balik lagi nih. Dengan semangat baru tentunya, semangat nulis lagi. Saya pingin insaf, nggak mau lagi jadi blogger murtad yang jarang ngeblog. Maunya sih pingin ngikutin jejak teman kerja saya Aldhitar, yang saban pekan selalu meluangkan waktu buat nulis postingan di blognya. Walaupun dia selalu sibuk dengan pekerjaannya, tapi dia selalu eksis ngeblog, memaksimalkan potensi proxy di kantor.

Eniwei, kali ini sebenarnya saya lagi pingin cerita tentang koleksi kaset saya yang entah sekarang tidak tahu bagaimana rimbanya. Pikiran ini timbul waktu saya sedang berada di Bandung minggu kemarin karena ngelihat ada yang jual kaset bekas di emperan jalan. Heran aja, dijaman yang serba digital saat ini masih aja ada yang jual kaset bekas. Saya langsung keinget sama koleksi kaset saya yang jumlahnya sudah ratusan, yang saya koleksi sejak saya masih SMP. Terakhir saya lihat koleksi kaset itu beberapa bulan yang lalu sudah sangat berdebu, tertumpuk dalam satu karton besar diatas kulkas. Menjadi barang tidak berarti. Mengenaskan memang.


Bagi kalian yang lahir kemarin sore, mungkin kalian menganggap kaset adalah barang jadul. Tapi tidak bagi saya. Yah, saya bahas ini cuma sekedar mau berbagi kenangan aja. Nggak ada pikiran buat menyangkal perkembangan jaman yang semakin maju. Dimana industri musik di zaman kaset juga menyenangkan. Dimana lagu-lagu hasil karya para musisi masih sangat dihargai, terutama musisi Indonesia dan belum bisa dibajak.

Saya dari jaman masih duduk di bangku SMP emang sudah menyukai musik. Makanya saya suka beli kaset dan mengoleksi kaset sampai SMA. Setiap kali saya berniat membeli kaset saya harus menyisihkan sedikit demi sedikit uang jajan serta ongkos transportasi sekolah saya dulu, supaya uang saya cukup untuk membeli kaset idaman. Tidak jarang saya sering  tidak jajan waktu istirahat sekolah, pulang sekolah dengan jalan kaki dari sekolah ke rumah yang jaraknya lumayan jauh, atau nggak pulang numpang mobil pick-up. Tujuannya cuma satu, supaya bisa beli kaset. Perjuangan berat memang. Makanya saya senang banget jika kaset yang menjadi incaran saya sudah terbeli. Jadi kaset merupakan harta benda saya yang begitu berharga juga mahal. Karena berharga itulah makanya saya selalu rawat koleksi kaset saya itu. Di lap, di bersihin, dan dijaga pitanya supaya tidak kusut. Maklum kaset itu merupakan benda yangg rentan dan gampang rusak.

Dulu tahun 1999 sampai 2000-an di Jayapura kalo nggak salah harga kaset lokal harganya sepuluh ribu rupiah, kalo harga kaset luar negeri harganya tiga belas ribu rupiah. Kesukaan saya beli kaset pun dengan tujuan yang beraneka ragam juga. Dan ada beberapa juga yang berkesan. Dulu saya ingat, saya punya koleksi kaset Padi, salah satu band favoit saya. Dari album Lain Dunia, Sesuatu yang Tertunda, Save My Soul, Padi, dst (maap, saya lupa judul album mereka berikutnya), yang selalu saya beli kasetnya karena cuma pingin ngulik lagu-lagunya aja. Secara dulu saya lagi getol-getolnya ngeband. Karena dengerin Padi ini juga saya jadi suka sama Yoyo Padi juga permainan drumnya. Permainan drum saya juga bisa dibilang terinfluence dan berkiblat sama permainan drum Yoyo Padi ini. 

Kalo lagi galau atau lagi jatuh cinta saya suka dengerin album-album dari West Life, Backstreet Boys, MLTR, The Moffatts, Spice Girls, Kavana, Brian Adamns, Celine Dion, Kenny G, dan banyak lagi dari koleksi kaset saya. Kepanjangan kalo di absenin. Saya pun sempat membeli kaset Sheila on 7 band idola saya sepanjang masa, yang album 07 Desember yang covernya berwarna merah sampai 2 kali. Masalahnya klasik, karena dipinjam teman tapi nggak dibalikin. Karena memang saya suka banget sama Sheila on 7, makanya saya beli lagi.
Salah satu penyakitnya Kaset. Suka Kusut!
Saya masih bisa ngebayangin betapa serunya saat baru beli kaset. Setel lagunya di player model lama seperti tape atau compo, nyimak lagunya sambil baca liriknya yang ada di sampul kasetnya. Bernyanyi dalam hati juga teriak-teriak. Terus baca lagi bagian Thanks To juga Credit Tittle. Semua bagian didalam cover dibaca sampai habis. Seru lho. Seninya kaset kan disitu. Nggak kayak sekarang yang semua serba mudah, download satu lagu, didengerin terus udah selesai. Bener kan?

Intinya, dulu mengoleksi kaset lagu itu adalah kegiatan yang menyenangkan. Gimana serunya ngincar kaset sebuah band atau penyanyi, melengkapi koleksi dari mulai album pertama sampai yang terbaru, kemudian merawatnya. Ada kepuasan tersendiri. Tapi sekarang sudah berbeda, zaman menuntut kita harus mengikuti mereka, beralih ke era download,CD juga MP3. Suatu saat kaset akan menjadi barang langka karena terkikis jaman. Adakah yang masih mau merawat koleksi kasetnya dengan penuh cinta?

Comments

Popular posts from this blog

Hobi Menggambar

Justice League

Tentang Ribas (lagi)