Terlambat

Hari ini saya lemes banget. Dari pagi bawaannya jelek melulu. Perasaanku campur aduk seperti nasi campur yang lagi diaduk-aduk. Dari subuh tadi kota Jayapura sedang diguyur hujan deras. Dan itu tandanya saya bakal telat sampai di kantor. Kok bisa tahu? Karena saya  punya indera ke enam, jadi saya bisa tahu apa yang terjadi diwaktu yang akan datang (kelihatan boong banget..).

Selama 4 tahun ini, setiap hari saya selalu berangkat dan pulang kantor dengan rute yang sama. Dan setiap hari pula, saya selalu melewati jalan yang sama, bangunan-bangunan yang sama, tanjakan yang sama, turunan yang sama, pengkolan yang sama. Sehingga saya tahu persis kapan dan jam berapa saya harus segara berangkat ke kantor, penghitungan waktu yang akurat dari rumah sampai kantor, dan daerah-daerah padat kendaraan yang biasanya selalu membuat macet jalan. Begitulah, bertahun-tahun saya terbiasa dengan rutinitas yang sama tapi tetep aja tidak bisa terhindar dengan yang namanya TERLAMBAT. Termasuk pagi ini, saya telat lagi.

Berdasarkan dari pengalaman yang sudah-sudah, kalo yang namanya hujan pagi-pagi pasti ujung-ujungnya jadi telat ngantor. Dan itu sudah pasti ngaruh banget sama penghasilan yang saya dapat selama 1 bulan kedepan. Terlambat itu sama aja artinya dengan penghasilan 1 bulan yang dikurangi. Aturan kedisiplinan di intansi saya bekerja memang mengharuskan seperti itu. Jika absen pagi melewati batas waktu yang telah ditentukan, maka konsekwensinya (bener nggak sih penulisannya?) penghasilan sebulannya akan dipotong sekian persen. Apalagi kalo cuma telat semenit dari waktu yang ditentukan, saya jamin itu akan membuat kita maki-maki nggak jelas sendiri dengan penuh penyesalan. Semakin banyak kita telat berarti semakin sedikit penghasilan yang bakal saya terima.

Miris.

Tapi saya mendukung banget aturan tersebut, walau saya sendiri tidak pernah luput dari sanksi aturan tersebut. Hampir setiap bulan absenku tidak pernah bersih dari yang namanya terlambat. Sebenarnya tidak hanya saya sendiri yang mengalami hal itu. Hampir seluruh pegawai di tempat saya bekerja pasti mengalami hal ini. Jadi jangan heran kalo melihat para pegawai di kantorku setiap pagi selalu lomba lari menuju mesin absen finger print, jika waktu sudah mepet dari yang sudah ditentukan. Tapi tidak apa-apa, kalo semua itu demi tegaknya kedisiplinan (asseeekkk..)

Dan saya menyalahkan keterlambatan itu pada satu hal yang bernama susah bangun pagi. Padahal saya terbiasa dengan rutinitas ini setiap hari. Tapi tetap saja tidak bisa merubah pola bangun pagiku yang menurut saya kesiangan. Selalu menganggap remeh waktu. Akibatnya, pergi ngantor selalu dengan terburu-buru. Beradu dengan waktu (adu pedang-pedangan.. serius!). Andai saja saya bisa bangun lebih pagi, pasti semua bisa lebih bisa dipersiapkan dengan baik dan saya bisa pergi dengan santai tanpa terburu-buru karena berangkat lebih pagi.

Saya merenung. Banyak yang saya pikirkan tentang ini. Kenapa saya sering sekali telat? Kenapa saya tidak bisa berubah? Apa saya terlalu cuek dengan kebiasaan tidur saya yang kayak kebo? Apakah Andika Kangen Band bisa berubah setelah keluar penjara? Apakah Charlie bisa sukses lagi setelah keluar dari ST12? Apakah Ivan Gunawan akan berubah menjadi pria sejati suatu saat nanti?

Entahlah, mungkin cuma Tuhan yang tahu..

Kayaknya saya emang harus berangkat lebih pagi untuk ke depannya. 






Comments

Popular posts from this blog

Hobi Menggambar

Tentang Ribas (lagi)

Justice League