Tentang Serial Lupus

Bagi kalian yang besar di era tahun 90-an, mungkin mengenal dengan yang namanya Lupus. Bukan Lupus penyakit, tapi Lupus tokoh dalam novel Lupus karya Hilman Hariwijaya. Saya sendiri dulu termasuk penggemar berat novel Lupus ini. Sebenarnya karena Lupus ini juga yang menginspirasi saya untuk menulis dengan gaya bahasa yang ringan, sederhana dan menyegarkan, walaupun gaya bahasanya dianggap 'sastra' pinggiran dulu. Setahu saya, novel Lupus merupakan salah satu novel yang sempat laku keras di dunia novel-novelan Indonesia. Novel ini emang begitu disukai oleh remaja tahun 90-an. Emang sih kelihatannya old school banget. Tapi nggak apa-apa, sekedar mau mengenang masa lalu aja. Secara Lupus ini bacaan favorit saya pada jaman masih jadi ababil (ABG labil), waktu masih duduk dibangku SMP ataupun SMA.

Tokoh Lupus ini digambarkan Hilman sebagai remaja cerdas namun berpenampilan urakan. Walaupun begitu dia selalu gembira, meski hidup sebagai anak yatim tanpa ayah bersama ibu dan adik kandungnya yang nggak kalah gokil, Lulu. Ibunya bernama Anita. Sedangkan sang Papi yang bernama Mulyadi, telah meninggal saat Lupus kelas 1 SMA. Lupus memiliki teman-teman seperti Boim, Gusur, Poppy, Anto, Aji, Fifi Alone, Adi Darwis, Gito, Nyit-Nyit. Ada sih teman-teman lain di beberapa Serial Lupus Kecil, dan Lupus Remaja juga, tapi saya malas ngebahasnya. hehehe!

Lupus itu identik sekali dengan permen karet yang tak pernah lepas darinya. Tas punggung, juga model rambut berjambul ala Duran Duran yang sering dihina Lulu dengan sebutan sarang burung. Juga sifatnya yang konyol, hingga membuatnya disukai oleh seluruh teman-temannya. Saya dulu suka banget niru gayanya Lupus, tapi sayang cuma badan kurusnya aja yang mirip. Selebihnya nggak. Saya malah lebih mirip Suneo yang susah BAB ketimbang mirip Lupus.

Novel Lupus emang keren abis. Tapi sayang, novel Lupus yang teranyar yang berjudul Lupus Returns menurut saya kurang menggigit. Saya sempat kecewa saat ngebacanya. Nggak seperti seperti serial Lupus sebelumnya. Lupus Returns ceritanya kayak sinetron banget. Pokoknya soul-nya nggak dapet banget. Disini nggak kerasa penggambaran kecerewetan Lulu dan juga sifat keibuannya Mami. Walaupun ada beberapa hal di Lupus Returns ini yang sama seperti pada novel-novel Lupus sebelumnya, yaitu penuh dengan tebak-tebakan yang lucu. Mungkin Hilman nulis ceritanya Lupus Returns ini sambil garap sinetron Cinta Fitri kali ya.  Jadi ceritanaya agak kurang 'Lupus' menurut saya. Mungkin saja, Hilman sengaja menuturkan ceritanya seperti itu agar bisa update dan disesuaikan dengan keadaan masa kini. Nggak tahu juga.

Saya berharap semoga aja Mas Hilman kelak bisa ngebuat lagi serial Lupus-Lupus returns yang lainnya yang nggak kalah gokil untuk mengobati kerinduan saya sebagai pecinta serial Lupus. Saya yakin para penggemar Lupus yang lainnya diseluruh Indonesia juga berkeinginan yang sama. Bener kan?


Ini Lupus. Ini bukan permen

Comments

Popular posts from this blog

Hobi Menggambar

Tentang Ribas (lagi)

Justice League