Antri BBM

Dari tadi malam Jayapura krisis BBM. Saya nggak tahu apa penyebabnya hingga BBM bisa menjadi barang langka saat ini. Seluruh SPBU tadi malam semuanya kompakan tutup. Dan itu membuat kepanikan tersendiri terhadap pengendara kendaraan bermotor, apalagi buat yang saat ini bahan bakar kendaraannya hampir habis. Dijamin pusing tujuh keliling. Untung bahan bakar sedan hitam bututku yang biasa saya pakai untuk beraktifitas masih terlihat fulteng (full setengah). Lumayan bisa menahan kegalauan kepanikan akan kehabisan stok bahan bakar hingga kondisi kembali kondusif seperti semula lagi. Tinggal sayanya aja yang harus pandai-pandai berhemat bensin.

Dan siang ini, kebetulan saya diminta tolong atasan saya untuk mengisi bahan bakar mobil dinasnya di SPBU dekat kantor. Kebetulan beliau memang sedang ada kesibukan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga beliau meminta tolong saya untuk pergi mengisinya. Saya pun memaklumi keadaan beliau. Mungkin aja bos besar saya takut nggak bisa pulang ke rumah karena kehabisan bensin. Dan memang benar, setelah saya cek, bahan bakar mobil beliau tinggal seiprit. Sudah berada pada titik empty. Saya sendiri membawa mobil itu ke SPBU terdekat dengan perasaan was-was. Pikiran saya sudah parno aja. Membayangkan kehabisan bensin ditengah jalan sebelum sempat mengisinya, dan harus mendorongnya. Oh tidak, apa kata dunia nanti kalo orang-orang melihat cowok seganteng saya mendorong mobil disiang bolong panas terik seperti ini? (Jangan muntah! Saya tahu monitor kalian penuh dengan iler kalian yang mau muntah karena jijai ngebaca pernyataan saya ini..).

Untungnya kejadian itu tidak terjadi. Mobil yang saya kendarai itu tidak mogok, dan kegantengan saya itu tidak nyata. Tetapi, ada hal yang membuat saya nge-shock setelah sampai di SPBU.

Jeng! Jeng! Jeng!

Ternyata antrian kendaraan yang mau mengisi bahan bakar luar biasa panjangnya. Panjangnya sampai jauh keluar areal SPBU, dan memakan satu sisi jalan raya yang panjangnya lumayan jauh kalo diukur pake penggaris kayu. Ngeliatnya aja saya udah lemas duluan. Tampaknya saya harus sabar menghadapi cobaan ini (apaan sih?!). Dan saya masuk  pun dalam antrian mobil paling belakang, dimana di tempat itu atap SPBU terlihat hanya sekecil biji kelereng. Well, kayaknya saya bakal menjadi ikan asin mateng beberapa jam kedepan. Tapi nggak apa-apa, ini juga termasuk bentuk dedikasi saya kepada Instansi tempat saya bekerja. Itung-itung nambah pengalaman pahit (menghibur diri sendiri dari pada saya mewek dalam mobil).

Dan mulailah saya dalam penantian antrian bensin yang memuakkan. Memang yang namanya menunggu itu sangat membosankan. Apalagi nunggunya didalam mobil yang tidak memakai AC disiang yang paaaanaaassss ini (pilihan bijak supaya irit bensin). Karena nggak tahan panasnya yang kayak oven, sesekali saya keluar mobil, dan mencoba bersosialisasi sama mas-mas supir angkot sambil mengantri. Yah, sekedar ngobrolin hal yang ringan-ringan aja, seperti perkembangan kasus Nazarudin, Angie yang sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK, sampai dengan perkembangan demokrasi di Indonesia (nggak ding! boong..).

Setelah kira-kira 2 jam mengantri, akhirnya giliran saya untuk mengisi bensin tinggal sebentar lagi. Mobil yang saya kendarai pun memasuki areal SPBU. Ternyata didalam areal SPBU sendiri situasinya juga kurang terkoordinir. Sehingga banyak kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda dua yang saling berebutan tempat terdepan antrian untuk bisa mengisi bahan bakar. Yang belakang mendahului yang depan. Otomatis hal tersebut membuat beberapa keributan kecil di areal SPBU tersebut. Para pengantri yang merasa sudah berjam-berjam mengantri tersinggung dan marah karena didahului oleh para pengantri yang berada dibelakang atau baru saja datang mengantri, yang kayaknya tidak sabar ingin segera mendapatkan bensin. Mereka marah tidak hanya kepada orang-orang yang tidak sabaran itu, tetapi juga kepada petugas SPBU yang tidak tegas mengkoordinir jalannya antrian.

Saya yang juga berada disana melihat kejadian itu sempat berpikir, kalo saya menjadi pengantri yang sudah menunggu lama kemudian didahului oleh orang lain pasti saya juga bakal marah karena merasa tidak dihargai. Apalagi mengantri ditengah cuaca yang panas terik seperti ini dengan begitu lamanya, emosi jadi gampang terpancing.

Menurut saya, sebenarnya keributan tersebut bisa kita hindari kalo pribadi kita masing-masing punya kesadaran penuh untuk berdisiplin. Minimal untuk diri sendiri, dan punya rasa saling menghargai juga menghormati antar sesama. Malah justru dengan moment yang kacau balau seperti ini, kesabaran kita diuji untuk bisa menahan segala nafsu yang merugikan termasuk rasa marah juga rasa egois. Seharusnya dengan bertambahnya usia kita, perilaku kita juga harus makin dewasa. Saya yakin jika semua orang punya kesadaran berdisiplin yang tinggi untuk mengantri secara tertib, maka keributan bisa kita hindari (Buuussseetttt! akhirnya saya bisa ngomong bener juga..wakakakak!)

So, mari kita bersihkan hati dalam hidup agar semua urusan kita bisa lancar adanya. Betul?

Ngantri lagi ah! v^^

Comments

Popular posts from this blog

Hobi Menggambar

Tentang Ribas (lagi)

Justice League